31
Dec
2016

Silsilah Empat Kaedah Dalam Memahami Tauhid (Bahagian 13)

🌺🍂🌺🍂🌺🍂🌺🍂🌺

📌 Silsilah Empat Kaedah Dalam Memahami Tauhid (Bahagian 13)

📚 Kaedah Ketiga (Bahagian 6)

💎 Asy Syaikh Muhammad Ibnu Sulaiman at-Tamimi berkata, “Dan hadits Abi Waqid Al-Laitsy radhiyallaahu ‘anhu ia mengatakan, “Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ke (peperangan) Hunain dan kami ketika itu adalah orang-orang yang baru saja keluar dari kekufuran. Saat itu kaum musyrikan memiliki sebuah pohon Sidr yang mereka beri’tikaf dan menggantungkan senjata-senjata mereka pada pohon tersebut. Pohon tersebut dinamakan Dzatu Anwath. Suatu ketika rombongan kami melalui pohon tersebut, maka kami berkata: Wahai Rasulullah, jadikanlah bagi kami Dzatu Anwath sebagaimana kaum mereka juga memiliki Dzatu Anwath …” (Al-Hadits – HR Tirmidzi Hasan Sahih)(i)”
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
(i) Asy Syaikh Shalih Fauzan menjelaskan, “Sebahagian sahabat yang mereka baru saja masuk Islam dan belum mengenal tauhid secara sempurna mengatakan, “Buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana mereka mempunyai Dzatu Anwath”. Ini adalah musibah taqlid dan tasyabbuh yang merupakan sebesar-besar musibah. Maka ketika Nabi ﷺ terkejut dan merasa hairan lalu mengatakan, “Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!”. Menjadi kebiasaan baginda, apabila baginda ﷺ merasa takjub (hairan) atau ingin mengingkari sesuatu baginda mengucapkan takbir, atau mengucapkan, “Subhanallah!” dan baginda mengulang-ulangnya.

‼Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya ini adalah sunnah-sunnah”, iaini jalan-jalan yang dilalui oleh manusia dan saling meniru satu sama lain. Sebab yang membawa kalian kepada perkara ini adalah mengikuti jalan-jalan orang-orang yang terdahulu dan menyerupai kaum musyrikin.

☝🏼Sabda baginda ﷺ, “Kalian telah mengatakan -Demi Dzat yang jiwaku berada di TanganNya- sebagaimana yang telah dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa, “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah sesembahan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa sesembahan (berhala). Musa menjawab, “Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Allah).” (Al-A’rof: 138)”

☝🏼Hal ini menunjukkan adanya beberapa permasalahan yang sangat besar, iaitu:
1⃣: Bahayanya kejahilan terhadap perkara tauhid. Sebab, siapa yang tidak memahami tauhid, sangat memungkinkan dia terjatuh ke dalamnya (kesyirikkan) dalam keadaan dia tidak sedar. Maka dari sini wajib untuk mempelajari tauhid, dan mempelajari kesyirikkan yang merupakan lawannya sampai seseorang berada di atas bashirah (ilmu) agar tidak mendatanginya dikeranakan kejahilannya. Lebih-lebih apabila ia melihat orang yang melakukannya, sehingga dia akan menganggapnya benar disebabkan kejahilannya. Maka dalam hadits ini terdapat keterangan akan bahayanya kejahilan, lebih-lebih dalam masalah aqidah.

2⃣: Dalam hadits ini diterangkan bahayanya sikap menyerupai atau meniru kaum musyrikin, dan hal itu boleh menyeret kepada kesyirikkan. Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka.” (HR Abu Dawud & Ahmad)

‼Maka tidak boleh menyerupai dan meniru kaum musyrikin.

3⃣: Bahawa mencari berkat melalui batu-batu, pohon-pohon dan bangunan termasuk kesyirikkan, walaupun diistilahkan dengan nama lain. Sebab mencari berkat kepada selain Allah ta’ala, baik batu-batu, pohon-pohon, kuburan mahupun permakaman, semua itu adalah kesyirikkan walaupun mereka menamakan dengan nama yang lain.”

📂 (Faedah dari Kitab Syarhu Al-Qowa’idul-Arba’, karya asy Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan, diterbitkan Maktabah Al-Ghuroba’, diterjemahkan Ustadz Abu Hafs Marwan)

Bersambung insyaAllah.

📚 WhatsApp طريق السلف 📚
🌐 www.thoriqussalaf.com
🌐 telegram: http://bit.ly/thoriqussalaf